Pentingnya Integrasi Praktik Budaya untuk Atasi Konflik

coba di sini HTML nya

Masyarakat Liquica, Timor Leste, merayakan berakhirnya Program Penguatan Kohesi Sosial (SSCP). Program yang berlangsung selama 30 bulan ini bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, inklusi serta manajemen konflik, khususnya di kalangan pemuda dan organisasi masyarakat sipil, melalui integrasi praktik berbasis budaya seperti Tara Bandu dan Nahe Biti Boot. 

Program yang berlangsung selama 30 bulan ini bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, inklusi serta manajemen konflik, khususnya di kalangan pemuda dan organisasi masyarakat sipil, melalui integrasi praktik berbasis budaya seperti Tara Bandu dan Nahe Biti Boot. 

Salah satu inovasi penting SSCP adalah adanya integrasi praktik berbasis budaya seperti Tara Bandu dan Nahe Biti boot untuk pencegahan dan penyelesaian konflik. Sebanyak 838 orang berpartisipasi dalam kegiatan Tara Bandu. Upaya ini diperkuat dengan keterlibatan Kementerian Pemuda, Olahraga, Seni, dan Budaya (MJDAC) setempat, Sekretariat Negara untuk Seni dan Budaya (SEAC) setempat dan para pemimpin daerah, yang menghasilkan komitmen untuk memprioritaskan Tara Bandu dalam program dan mengalokasikan sumber daya di masa mendatang.

“Kami senang melihat partisipasi dan keterlibatan kaum muda, khususnya perempuan, dalam mempromosikan perdamaian meskipun ada tantangan sosial dalam masyarakat. Proyek Penguatan Kohesi Sosial membuktikan bahwa ketika kaum muda diberi ruang dan kepercayaan, mereka dapat mendorong perubahan nyata dalam memperkuat narasi budaya melalui suara mereka dan membangun dialog lintas generasi untuk membina persatuan sosial yang berkelanjutan. Kami berharap inisiatif ini akan memberikan dampak yang berkelanjutan di Timor-Leste,” kata Head of Cooperation Delegasi Uni Eropa untuk Timor-Leste Iotam dalamm keterangan pers yang diterima Tempo pada 16 Juni 2025.

Program yang didanai Uni Eropa ini telah menjangkau lebih dari 1.795 anggota masyarakat di Liquiça dan Bazartete melalui pendekatan dan metode yang dirancang untuk membangun saling pengertian, memperkuat tata kelola lokal dan meningkatkan mekanisme penyelesaian konflik. Di antara mereka, sebanyak 43 persen adalah pemuda dan perempuan, yang mencerminkan fokus kuat proyek untuk memberdayakan suara-suara yang secara tradisional kurang terwakili.

SSCP berlangsung sejak awal tahun 2023 dan berakhir pada bulan Juni 2025. Program ini merupakan bagian dari inisiatif multi-negara di bawah arahan dari ChildFund International di Indonesia yang berjalan di Lampung, Indonesia, dan Liquica, Timor Leste. Di Timor Leste sendiri pelaksanaan program ini dilakukan oleh ChildFund Australia, yang diwakili oleh ChildFund Timor-Leste, bersama 2 mitra lokal.

Sesi pendidikan perdamaian diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan telah menjangkau 579 siswa dan pemuda di seluruh Liquica. Proyek ini juga memperkuat kapasitas enam LSM pemuda dalam berbagai bidang, seperti manajemen siklus proyek, manajemen keuangan, penulisan proposal, perlindungan anak dan advokasi.

Sementara itu, sesi kesadaran hukum tentang kekerasan dalam rumah tangga, seni bela diri, dan hukum pertanahan berlangsung di 8 desa dan menjangkau 362 individu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak-hak hukum, pencegahan konflik dan mekanisme pelaporan. Ini menghasilkan capaian penting dengan adanya penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pemuda, Seni, Olahraga untuk memasukkan  pendidikan perdamaian sebagai kegiatan ekstrakurikuler di enam sekolah. Melalui kolaborasi ini, para siswa akan terus terlibat dalam kegiatan yang berfokus pada dialog damai, empati dan kepemimpinan. Langkah ini memastikan keberlangsungan program di ruang kelas dan masyarakat meski SSCP telah usai.

Country Director ChildFund Timor-Leste mengajak masyarakat agar semangatnya terus hidup melalui struktur dan hubungan yang telah dibangun. “Proyek ini telah memberikan kontribusi bagi perdamaian di masyarakat dengan memperkuat pilar pencegahan melalui pendidikan perdamaian dan penyelesaian konflik menggunakan praktik berbasis budaya di mana kaum muda diberdayakan untuk membuat keputusan dan menjadi pelopor di masyarakat mereka. Proyek ini berhasil lebih jauh memperkuat rasa kepemilikan di antara semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan perdamaian melalui integrasi modalitas pendidikan di sekolah dan di masyarakat itu sendiri,” kata Alzira Reis, Country Director ChildFund Timor-Leste.

Pimpinan organisasi lokal yang menjadi mitra pelaksana di Timor Lester menilai kegiatan ini memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. “Proyek ini telah memberikan praktik terbaik tidak hanya kepada pemerintah dan masyarakat, tetapi juga kepada kaum muda. Kami telah menyaksikan dampak signifikan dari inisiatif ini dalam memperlkuat kapasitas dan visibilitas organisasi kami dalam membangun partisipasi perempuan, pemuda dan pembangunan perdamaian,” ujar Judith Maria de Sousa, Direktur Ba Faturu.

“Bersama, mari kita terus memperkuat dan mendukung masyarakat, khususnya dalam mempromosikan partisipasi perempuan melalui pembangunan perdamaian, pencegahan dan resolusi konflik,” kata Luis Ximenes, Direktur Belun. 

Tartous2day.news

Tartous2Day News adalah portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini tentang kota Tartous dan sekitarnya. Temukan berita, acara, serta ulasan tentang tempat wisata dan kuliner di daerah tersebut.

2025 Anak AS Bantuan Dedi Mulyadi Depok DPR Emas Gadget Haji Harga Idul Adha Indonesia Iran Israel Jakarta Jawa Barat Jokowi Kasus Kebakaran Kejagung Kesehatan Korupsi KPK Kurban Masyarakat Militer Negara Ormas Papua PDIP Pemerintah Pendidikan Perang Polisi Politik Prabowo Presiden Raja Ampat Sapi Siswa Tersangka Tips TNI Viral