Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (Kapuspen TNI), Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menilai program kirim anak ke barak yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bisa menjadi kebijakan pusat. Peluang itu, kata Kristomei, dapat dibicarakan lebih lanjut jika kebijakan tersebut berhasil.
“Harusnya pasti ada komunikasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dong. Artinya kalau memang di daerah ini punya suatu program yang bagus dan berhasil kan bisa dibicarakan sama pusat,” kata Kristomei saat ditemui oleh Tempo di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Senin, 26 Mei 2025.
Menurut dia, apabila program itu diberlakukan nasional, tentunya Pemerintah akan meminta daerah untuk menyesuaikan dengan kemampuan wilayah masing-masing.
Kristomei mengatakan TNI mendukung program Dedi karena memiliki perangkat melalui sekolah yang dapat melatih kedisiplinan anak seperti Komando Pendidikan (Dodik) Bela Negara di Resimen Induk Daerah Militer (Rindam). Menurut Kristomei, kedisiplinan basis bagi anak-anak untuk mengatur waktu dan pola hidupnya sendiri.
“Janganlah langsung berpendapat ada suatu inovasi baru, kita langsung, kita apriori (kritik) tanpa memberikan solusi. Jangan sampai misalnya udah diprotes, banyak protes, banyak diskusi, tanpa aksi,” kata Kristomei.
Program pendidikan di barak militer yang dicanangkan Dedi sejak menjabat gubernur awal tahun ini. Kebijakan itu menuai kritik dari sejumlah kelompok pemerhati anak dan pendidikan karena dianggap berpotensi melanggar prinsip pemenuhan hak anak.
Hingga kini belum ada laporan resmi hasil evaluasi menyeluruh dari tim independen, termasuk aspek dampak psikologis terhadap peserta. Dedi memastikan laporan dari para ahli akan menjadi acuan utama dalam penentuan kebijakan lanjutan.
Program ini rencananya akan dikembangkan menjadi Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa, yang tetap akan berpusat di Dodik Bela Negara. Namun sekolah ini akan lebih terbuka untuk bekerja sama dengan pihak lainnya.
273 siswa sekolah di barak militer angkatan pertama lulus bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 pada 20 Mei 2025. Mereka dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. Sejumlah daerah seperti Purwakarta, Cianjur, dan Bandung sudah mengikuti program Dedi Mulyadi untuk mengirim anak ke barak militer. Depok akan menyusul implementasi kebijakan tersebut pada 1 Juni 2025.
Dedi mengklaim perkiraan hasil evaluasi awal terhadap program pendidikan di barak militer menunjukkan capaian yang positif. Politikus Partai Gerindra ini tak menutup peluang memperluas peserta bagi program tersebut pada gelombang selanjutnya.
“Kalau dari hasil evaluasi sih, angkatan pertama ini menurut saya sudah baik,” kata Dedi kepada Tempo, Jumat, 23 Mei 2025. Evaluasi itu, ujar dia, sedang dikaji oleh para psikolog, akademisi, dan pelatih yang terlibat dalam program tersebut.
Dedi mengungkapkan, saat ini Pemerintah Jawa Barat sedang menyiapkan penyelenggaraan gelombang kedua untuk mengirim anak-anak berprestasi. Alasannya, agar anak yang berprestasi dapat merasakan pendidikan karakter yang sama seperti yang dijalankan oleh anak-anak bermasalah di gelombang pertama. “Nanti saya lihat. Bisa jadi anak berprestasi,” ujarnya tanpa merinci waktu pasti pelaksanaan tahap selanjutnya.