Seorang penerjun payung asal China, Liu Ge, mengalami kejadian luar biasa sekaligus mengerikan ketika ia secara tak sengaja tersedot ke dalam awan kumulonimbus hingga mencapai ketinggian 8.600 meter — lebih tinggi dari puncak Gunung Everest. Hal yang lebih mengejutkan dan patut disyukuri yaitu ia berhasil selamat.
Dalam video dan foto yang kini viral di media sosial, Liu Ge terlihat berjuang tetap sadar di tengah kondisi ekstrem: suhu mencapai -40 derajat Celsius dan kadar oksigen yang amat tipis. Wajah dan pakaiannya tampak membeku, tertutup lapisan es, sementara ia terus mencoba bernapas dan bertahan hidup.
Peristiwa ini terjadi pada 24 Mei lalu saat Liu Ge melakukan paralayang dari ketinggian sekitar 3.000 meter di Pegunungan Qilian, di perbatasan provinsi Gansu dan Qinghai, China, dikutip dari laman Oddity Central, Selasa (2/6/2025).
Awalnya, segalanya berjalan normal, hingga awan kumulonimbus tiba-tiba terbentuk di belakangnya dan menciptakan fenomena langka yang dikenal sebagai cloud suck—arus udara panas yang mengangkat objek terbang secara paksa ke ketinggian ekstrem.
Fenomena cloud suck ini dikenal di kalangan penerjun dan atlet paralayang. Ketika termal kuat terbentuk di bawah awan kumulus, udara panas naik dengan kecepatan tinggi, menciptakan daya hisap luar biasa yang sulit dilawan.
Bahkan ketika glider diarahkan ke spiral tajam yang biasanya menurunkan ketinggian, pilot bisa tetap terseret naik oleh kekuatan vertikal awan.
Liu Ge sendiri tidak mempersiapkan diri untuk terbang setinggi itu. Ia tak membawa masker oksigen maupun pakaian khusus suhu ekstrem karena peraturan di Tiongkok melarang paralayang di atas 5.000 meter.
Namun, komunikasi melalui interkom dengan timnya di darat menjadi penyelamat. Dengan sisa tenaga dan kesadarannya, ia akhirnya bisa keluar dari hisapan awan dan kembali mendarat.
“Saya bisa merasakan oksigen makin menipis dan tangan saya mulai membeku, tapi saya terus berkomunikasi melalui interkom,” tulis Liu di media sosialnya.
Kisah heroik ini langsung menyebar luas dan membuat Liu mendadak terkenal. Namun, ketenaran itu membawa konsekuensi. Otoritas Tiongkok kini menyelidiki kasusnya, karena Liu dilaporkan tidak melaporkan rencana penerbangan termasuk titik lepas landas—hal yang diwajibkan oleh regulasi penerbangan.
Meski banyak yang menyebut penerbangannya memecahkan rekor, Liu justru meminta warganet untuk tidak membesar-besarkan kisahnya. Ia tampak menyadari bahwa aksi luar biasanya bisa berujung pada sanksi hukum.
“Saya mohon, jangan membuat cerita ini semakin besar,” tulisnya, seraya berharap badai ketenarannya segera mereda seperti awan yang sempat menyeretnya ke langit.