Sekjen PBB Desak Investigasi atas Tewasnya Warga Gaza di Dekat Lokasi Distribusi Bantuan, Saksi: Pelakunya Tentara Israel

coba di sini HTML nya

Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin (2/6/2025) menyerukan penyelidikan independen atas insiden penembakan yang menewaskan dan melukai puluhan warga Palestina di dekat pusat bantuan, yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Israel, di Gaza sehari sebelumnya.

Badan pertahanan sipil Gaza menyebutkan bahwa tembakan tentara Israel menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai 176 lainnya di dekat lokasi distribusi bantuan di Kota Rafah, Gaza Selatan, pada Minggu (1/6). Petugas medis di rumah sakit sekitar juga melaporkan gelombang besar korban dengan luka tembak.

Militer Israel membantah bahwa mereka menembaki orang-orang saat mereka berada di dekat atau di dalam lokasi tersebut. Namun, seorang sumber militer mengakui bahwa tembakan peringatan diarahkan ke sejumlah orang mencurigakan sekitar satu kilometer jauhnya.

“Saya terkejut dengan laporan tentang warga Palestina yang tewas dan terluka saat sedang mencari bantuan di Gaza kemarin. Tidak dapat diterima bahwa warga Palestina harus mempertaruhkan nyawa mereka demi makanan,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan tanpa menunjuk pihak mana pun sebagai pelaku.

“Saya menyerukan penyelidikan segera dan independen atas peristiwa ini serta agar para pelaku bertanggung jawab.”

Kementerian Luar Negeri Israel menyebut pernyataan Guterres sebagai sesuatu yang memalukan dan menyalahkannya karena tidak mengecam Hamas.

Pemerintah Israel telah bekerja sama dengan kelompok Gaza Humanitarian Foundation (GHF) untuk memperkenalkan mekanisme baru distribusi bantuan di Gaza yang tidak lagi bergantung pada sistem yang selama ini dipimpin oleh PBB.

PBB menolak bekerja sama dengan kelompok tersebut karena meragukan netralitasnya.

Seorang pria berusia 33 tahun yang berada di lokasi pada Minggu menuturkan kepada AFP bahwa penembakan terjadi sekitar pukul 05.00 atau 05.30 waktu setempat, sebelum matahari terbit di sebuah titik yang dikenal sebagai bundaran Al-Alam, tempat kerumunan orang telah berkumpul sejak dini hari untuk menunggu sebelum menuju pusat GHF yang berjarak sekitar satu kilometer.

“Tentu saja itu adalah tentara Israel yang menembakkan peluru tajam,” kata saksi mata yang menolak disebutkan namanya karena khawatir akan pembalasan dari Israel.

“Ribuan orang menunggu di bundaran Al-Alam … tapi tentara menembak dan semua orang lari. Ada ketakutan dan kekacauan. Saya melihat sendiri para syuhada dan yang terluka di area itu.”

Saksi mata lain dari kerumunan tersebut, Mohammed Abu Deqqa yang berusia 35 tahun, mengisahkan, “Awalnya kami pikir itu hanya tembakan peringatan.”

“Tapi tidak lama kemudian tembakannya semakin intens. Saya mulai melihat orang-orang tergeletak di tanah, berlumuran darah. Itu sekitar pukul 05.30. Orang-orang mulai lari, tapi banyak yang tidak bisa menyelamatkan diri. Peluru mengejar orang-orang bahkan saat mereka mencoba melarikan diri.”

Foto-foto AFP yang diambil sekitar pukul 05.40 menunjukkan warga sipil memuat jenazah ke atas gerobak keledai tak lama setelah matahari terbit.

Juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmud Bassal mengatakan tim penyelamat tiba sekitar pukul 06.00 dan mulai membantu mengevakuasi korban tewas dan terluka, meski warga sipil dan paramedis lain sudah lebih dulu membawa sebagian ke Rumah Sakit Nasser dan rumah sakit lapangan Palang Merah.

Dalam sebuah pesan video dari Rumah Sakit Nasser pada Minggu pagi, ahli bedah asal Inggris Victoria Rose menggambarkan situasinya sangat kacau dan mengatakan semua ruang perawatan penuh.

“Semuanya menderita luka tembak,” ujarnya.

Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan rumah sakit lapangannya di Rafah menerima 179 orang, termasuk 21 yang dinyatakan meninggal saat tiba. ICRC melaporkan bahwa mayoritas menderita luka tembak atau luka akibat serpihan ledakan.

Sementara itu, GHF mengklaim bahwa hingga Senin, mereka telah mendistribusikan lebih dari 5,8 juta porsi makanan dari pusat-pusatnya.

Israel mendapat tekanan internasional yang semakin meningkat untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza, setelah lebih dari dua bulan blokade bantuan yang baru-baru ini mulai dilonggarkan.

PBB memperingatkan bahwa seluruh populasi di Gaza berada dalam risiko kelaparan, di mana telah terjadi sejumlah aksi penjarahan bantuan. Sementara itu, upaya negosiasi untuk mencapai gencatan senjata antara Hamas dan Israel sejauh ini belum membuahkan hasil.