Sebelum Dedi Mulyadi, Surabaya Sudah Coba Bina Anak Nakal di Barak Militer dan Ini Hasilnya

coba di sini HTML nya

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menceritakan pengalamannya di tahun 2022, di mana pihaknya pernah melakukan rehabilitasi terhadap anak-anak bermasalah melalui ‘Sekolah Kebangsaan’ yang bekerja sama dengan Akademi Angkatan Laut. 

Adapun ini disampaikannya  saat membuka Program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) kelas khusus bertema “Peningkatan Peran Ayah dalam Peningkatan Kualitas Keluarga” di Gedung Sumber Karya Wigati, RW 8 Tambak Segaran Wetan, Tambaksari. 

Di mana menurut dia, program itu terbukti membawa perubahan drastis, namun, perubahan tersebut tidak bertahan lama.

Diketahui, program anak nakal ditempatkan di barak militer mencuat saat diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Hal ini menuai pro dan kontra.

“Setelah 3 bulan, 4 bulan anaknya tertangkap lagi. Akhirnya saya datang ke ibunya, ibunya menyampaikan mohon maaf. Karena beliau ini mencari nafkah sebagai buruh cuci sampai malam hari, akhirnya tidak pernah ketemu anaknya,” kata Eri seperti dilansir Antara, Sabtu (30/5/2025).

Sementara, dilansir dari laman Pemkot Surabaya, dari pengalaman tersebut, dia menyadari bahwa 90 persen kasus kenakalan anak, mulai dari tawuran, penyalahgunaan lem, hingga narkoba, berakar pada kurangnya kasih sayang dan interaksi dari orang tua. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi, kesibukan mencari nafkah, atau bahkan perceraian orang tua.

Adapun Eri mengungkapkan strategi Kota Pahlawan dalam mengatasi masalah kenakalan anak melalui program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH). 

“Maka ketika menghadapi anak nakal, anak macam-macam ini, maka seyogyanya ada interaksi yang kuat antara orang tua dengan anak. Dan ternyata faktor ayah itu pengaruhnya besar,” tegasnya.

Eri pun menyoroti bagaimana kehadiran seorang ayah sangat vital. Menurutnya, bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertama yang membentuk rasa nyaman dan ketahanan diri, sehingga tidak mudah terjerumus ke pelukan lelaki yang tidak bertanggung jawab.

Sementara bagi anak laki-laki, ayah adalah panutan dalam memahami tanggung jawab, seperti mencari nafkah dan menjaga keluarga.

Bahkan, kebahagiaan seorang ibu dalam merawat dan menyusui anaknya sangat dipengaruhi oleh ketenangan yang diberikan oleh sang ayah.

“Kalau ayahnya itu bisa memberikan ketenangan, maka ibu ini akan bisa merawat anaknya, menyusui anaknya. Akhirnya asinya juga lancar, sehat. Berarti ini harus ada peran orang ayah,” tutur dia.

Eri pun juga mengingatkan, akan kebiasaan sehari-hari seorang ayah yang juga bisa mendapatkan sorotan dari anak. Dia menghimbau, agar para ayah untuk tidak merokok di rumah atau di lingkungan keluarga demi mencegah masalah kesehatan dan tidak memberikan contoh buruk bagi anak-anak.

“Para ayah jangan merokok di rumah dan segera membersihkan diri setelah pulang kerja sebelum berinteraksi langsung dengan anak,” pintanya.

Selain itu, bahaya penggunaan gadget yang berlebihan tanpa pengawasan juga menjadi sorotan utama.

Eri mempelajari dampak negatif dari gadget yang tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan anak-anak tidak tahu mana yang perlu dibuka dan mana yang harus dihindari. Ia memperingatkan bahwa akses mudah ke konten negatif, seperti pornografi, dapat merusak mental dan moral anak-anak.

“Penggunaan gadget yang berlebihan sangat tidak baik. Jadi orang tua harus mengontrol penggunaan HP bagi anak-anaknya, jangan sampai terjerumus sehingga merusak moral,” ungkap dia.

Eri juga menegaskan, Pemkot Surabaya serius dalam upaya menciptakan Kota Layak Anak (KLA) yang mendukung hak-hak anak. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan, dan partisipasi anak. Surabaya telah meraih predikat KLA Utama enam kali berturut-turut.

Pada 2025, Pemkot Surabaya optimis mencapai level KLA Paripurna, terutama dengan keterlibatan aktif dalam program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) bersama UNICEF.

“Penting bagi orang tua untuk menjaga lisan dan menghindari saling menyalahkan di depan anak, karena hal itu bisa memicu masalah mental pada anak. Jika anak berulah atau keluar dari jalur, orang tua seharusnya mengintrospeksi diri terlebih dahulu,” jelas dia.

 Sementara itu, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani menambahkan, program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) menghadirkan 13 materi, dengan salah satunya fokus pada peran ayah.

“Dalam penelitian, seorang istri, seorang ibu itu akan bahagia ketika dia merawat anaknya itu ditentukan bagaimana sikap ayahnya atau suaminya kepada istrinya,” kata dia.

Rini juga meminta para lurah dan camat untuk menjadi mentor dan pengajar dalam SOTH, berbagi pengalaman mereka sebagai seorang ayah. Karenanya program SOTH terus berinovasi, tahun ini melibatkan materi peran ayah setelah sebelumnya menambah sekolah untuk anak PAUD.

“Pentingnya peran orang tua, terutama ayah, sangat penting bagi Surabaya mengatasi masalah kenakalan remaja. Pemkot Surabaya berharap melalui SOTH, keluarga dapat menjadi benteng utama dalam membentuk generasi penerus yang berkarakter,” pungkasnya.