Kotak hitam atau black box milik pesawat Boeing 787-8 Air India yang jatuh di Ahmedabad, Gujarat, telah ditemukan oleh tim penyelamat di lokasi kecelakaan. Penemuan pertama dilakukan pada Jumat, 13 Juni 2025, dan disusul oleh temuan kedua pada keesokan harinya, Sabtu, 14 Juni 2025. Informasi dari perangkat ini akan menjadi kunci dalam menyelidiki penyebab kecelakaan tragis yang menewaskan 274 orang.
Pesawat yang mengangkut 242 orang, termasuk dua pilot dan 10 awak kabin, sedianya dijadwalkan terbang menuju London. Namun, beberapa saat setelah lepas landas dari bandara Ahmedabad pada Kamis, 12 Juni, pesawat naas itu mengalami kegagalan dan jatuh menimpa sebuah bangunan asrama mahasiswa kedokteran.
Air India mengonfirmasi bahwa hanya satu orang penumpang yang selamat dari kecelakaan tersebut. Selain korban di dalam pesawat, sebanyak 33 orang di darat, termasuk mahasiswa yang berada di dalam atau sekitar gedung asrama, turut menjadi korban jiwa.
Penemuan kotak hitam di tengah puing pesawat memberikan harapan besar bagi para penyelidik untuk mengungkap penyebab pasti dari tragedi ini. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan black box?
Apa Itu Black Box?
Dalam dunia penerbangan, istilah black box merujuk pada dua perangkat penting: Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Keduanya berfungsi untuk merekam data penerbangan serta percakapan di dalam kokpit antara pilot dan pengendali lalu lintas udara (air traffic control). Data yang terekam mencakup berbagai informasi penting seperti kecepatan, ketinggian, tekanan udara, arah pesawat, serta kondisi cuaca.
Meski disebut “kotak hitam”, warna fisik perangkat ini sebenarnya oranye terang agar lebih mudah ditemukan di lokasi kecelakaan, baik di daratan maupun di dalam air.
Black box dirancang untuk tahan terhadap kondisi ekstrem. Bagian penyimpanan datanya dilindungi oleh lapisan aluminium dan insulasi tahan panas setebal sekitar 2,5 cm. Selanjutnya, perangkat tersebut dibungkus lagi dengan cangkang baja tahan karat atau titanium yang kuat. Desain ini memungkinkan black box bertahan terhadap:
– Tumbukan kuat dengan gaya hingga 3.400 Gs (sekitar 310 mil per jam).
– Suhu tinggi mencapai 1.093 derajat Celsius selama satu jam.
– Kondisi bawah laut dengan kedalaman hingga 6.096 meter selama 30 hari.
Saat terendam, black box memancarkan sinyal ping satu kali setiap detik, yang bisa dideteksi oleh peralatan sonar, meski tidak terdengar oleh telinga manusia. Baterai yang digunakan dalam pemancar sinyal tersebut dapat bertahan hingga enam tahun.
Meski dilengkapi dengan sinyal dan berwarna mencolok, menemukan black box bukan perkara mudah, terlebih jika pesawat jatuh di lautan. Menurut laporan Business Insider, sinyal suar hanya bisa dideteksi dari jarak maksimal sekitar 24 kilometer. Hal ini membuat pencarian di laut luas, seperti yang terjadi pada insiden Malaysia Airlines MH370 tahun 2014, menjadi sangat sulit. Hingga kini, black box MH370 masih belum berhasil ditemukan, menjadi salah satu misteri besar dalam dunia penerbangan modern.
Selain MH370, sejumlah kasus kecelakaan udara lainnya juga tercatat tidak berhasil menemukan black box, termasuk dua pesawat dalam tragedi 11 September 2001. Oleh karena itu, sejumlah pihak kini mulai menyerukan penggunaan teknologi perekaman data secara daring atau live streaming sebagai alternatif modern untuk sistem black box konvensional.