ISPA Penyakit Terbanyak yang Diderita Jemaah Haji, Diminta Disiplin Gunakan Masker

coba di sini HTML nya

Puncak ibadah haji telah terlewati. Meski begitu, imbauan bagi jemaah haji agar terus menjaga kesehatan diri masing-masing terus digencarkan. Salah satunya soal pemakaian masker.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, dr. M Imran, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) menjadi salah satu jenis penyakit terbanyak yang diidap jemaah haji pasca-Armuzna. Berikutnya barulah hipertensi dan diabetes dengan komplikasi.

“Hingga hari ini, jumlah jemaah haji yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan di kloter itu sebanyak 72.100 orang,” kata dr. Imran dalam jumpa pers di Makkah, Minggu, 15 Juni 2025.Jumlah jemaah yang menjalani rawat inap di rumah sakit Arab Saudi saat ini masih 238 orang. Lagi-lagi kasus terbanyak berkaitan dengan penyakit pernapasan, yakni pneumonia atau radang paru, diikuti dengan diabetes dengan komplikasi berat, dan penyakit jantung koroner atau serangan jantung.

Maka itu, ia kembali mengingatkan jemaah untuk disiplin menggunakan masker demi menghindari penularan penyakit, terutama ketika beraktivitas di luar ruang. “Atau, pada saat mengalami keluhan batuk dan pilek,” sambungnya.

Imbauan itu terlihat dipatuhi sejumlah jemaah haji yang tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah kemarin. Mereka bermasker rapat saat beraktivitas di dalam paviliun, menunggu keberangkatan ke Indonesia.

  1. Imran juga menyampaikan bahwa jumlah jemaah meninggal dunia pada hari ke-44 pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci adalah 275 orang. Angka tersebut ternyata lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 298 orang, menurut Menteri Agama Nasaruddin Umar. Penyebab kematian terbanyak itu adalah penyakit jantung dan juga sepsis atau kegagalan organ akibat infeksi berat. 

“Karena itu, kepada jemaah haji yang dimuliakan oleh Allah SWT, kami mengimbau untuk menjaga kesehatan menjelang pemulangan ke Tanah Air karena keluarga sudah menunggu di rumah mengharapkan para Ibu dan Bapak untuk tetap sehat ketika tiba di kampung halaman nanti,” kata dia.

Ada beberapa tips yang dibagikan untuk menjaga kesehatan jemaah haji. Pertama adalah beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri untuk beraktivitas ibadah yang menguras fisik, seperti umrah sunnah berulang kali dan mengejar kesempurnaan arbain ketika berada di Madinah.

Kedua, menghindari aktivitas di luar hotel pada waktu terik di pukul 10.00 sampai pukul 16.00 WAS. “Jika beraktivitas di luar ruangan, kami menghimbau agar jemaah haji menggunakan payung, semprotan wajah, dan juga membawa air minum,” katanya.

Ketiga, minum air putih atau zamzam yang cukup, jangan menunggu haus, serta menghindari penularan penyakit dengan menggunakan masker, baik ketika beraktivitas di luar atau pada saat mengalami keluhan batuk dan pilek.

“Khusus bagi jemaah haji lansia dan comorbid, selain pesan-pesan tadi kami juga sampaikan agar aktivitas ibadah dengan mengutamakan ibadah yang tidak menguras fisik seperti berzikir, membaca Alquran dan juga bersedekah,” kata dr. Imran.

Ia meminta jemaah haji lansia selalu didampingi oleh sesama jemaah haji lainnya saat beraktivitas di luar hotel. Hal itu untuk memantau dan menjaga jemaah haji lansia dari kemungkinan tersasar atau masalah lainnya.

“Dan melakukan konsultasi secara rutin di kloter-kloter dengan dokter yang ada di kloter minimal 1 kali 1 minggu untuk mengetahui perkembangan kondisi penyakit yang saat ini dialami,” sambung dia.

Sementara jemaah haji yang mengalami gejala demam disertai batuk pilek, apalagi disertai dengan sesak nafas, saat pulang ke Tanah Air, dianjurkan segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, baik di rumah sakit maupun di puskesmas. “Apabila gejala tersebut dirasakan kurang dari 14 hari sejak tiba dari tanah suci,” katanya.

Jemaah haji, sambung dr. Imran, diminta menyampaikan riwayat perjalanan ke petugas kesehatan di rumah sakit dan puskesmas saat berkonsultasi. Hal itu penting bagi petugas kesehatan di rumah sakit dan puskesmas untuk melakukan pelayanan dan penanganan yang tepat terhadap gejala yang dirasakan oleh jemaah haji ketika kembali ke kampung halaman.

Sementara, Menag menekankan soal pengurangan jumlah kematian jemaah haji pada tahun ini. Seperti diinformasikan di atas, jumlah kasus kematian jemaah haji pada tahun ini lebih rendah 23 orang dari 2024.

“Berarti ini kita alhamdulillah terjadi pengurangan jumlah kematian Itu juga salah satu indikator yang sangat penting,” kata dia.

Itu menjadi temuan positif dari jemaah haji Indonesia mengingat istithaah disorot Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi pada awal penyelenggaraan haji. Mereka mempertanyakan tentang jemaah haji yang wafat tak lama setelah mendarat di Arab Saudi yang angkanya dinilai signifikan.

Mengutip situs Kementerian Agama, istithaah adalah kemampuan jemaah haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan, dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga. Dengan kasus tersebut, dugaan manipulasi data kesehatan pun muncul dan diakui oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji (Kapuskeshaj) Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendro.