Harga emas dunia berpotensi kembali naik dalam waktu dekat. Menurut pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, harga logam mulia ini meski sempat melemah ke kisaran USD 3.300, tetapi punya peluang kuat naik lagi hingga menyentuh level USD 3.357 bahkan USD 3.380.
“Mendekati level USD 3.300 kemudian dia akan terbang kembali karena fundamental yang positif itu adalah 60% untuk harga emas yaitu di USD 3.357, Kalau seandainya itu kena kemungkinan di USD 3.380,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (28/7/2025).
Ibrahim menjelaskan, penurunan harga emas belakangan ini lebih disebabkan oleh sentimen jangka pendek, salah satunya terkait negosiasi dagang antara Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Dia menuturkan, jika negosiasi tersebut menghasilkan kesepakatan, logam mulia yang kerap dijadikan aset lindung nilai ini bisa kehilangan daya tariknya sementara.
“Kalau seandainya tembus, kemungkinan di USD3.380. Apa yang menyebabkan harga emas naik dan turun? melemahnya harga emas dunia disebabkan oleh kesepakatan antara Amerika dan Uni Eropa yang kemungkinan besar Amerika dan Uni Eropa akan sepakat 15%. Sebelumnya, dengan Jepang pun juga, Kemudian dengan Tiongkok pun juga sekarang sedang melakukan negosiasi,” jelasnya.
Namun, Ibrahim meyakini kondisi global saat ini lebih banyak didominasi oleh faktor-faktor yang justru menopang harga emas untuk terus naik. Sentimen geopolitik dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menjadi pemicunya.
Lantas, apa yang bisa membuat harga emas benar-benar menembus USD 3.380? Jawabannya ada pada sinyal dari bank sentral Amerika Serikat, ditambah perkembangan krisis geopolitik global yang belum mereda. Kedua faktor ini berpotensi besar mendorong harga emas dunia terus terbang.
Salah satu pemicu utama yang dipantau pasar saat ini adalah potensi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve. Ibrahim menyebut Presiden AS Donald Trump telah melakukan kunjungan ke kantor The Fed dan bertemu langsung dengan Gubernur Jerome Powell. Dalam pertemuan tersebut, muncul sinyal bahwa suku bunga kemungkinan besar akan diturunkan.
Penurunan suku bunga oleh The Fed biasanya menjadi sentimen positif bagi harga emas. Alasannya, ketika suku bunga turun, imbal hasil dari instrumen keuangan seperti obligasi ikut melemah, sehingga investor lebih tertarik menyimpan dana di aset aman seperti emas.
“Penurunan suku bunga ini apakah di minggu depan atau di bulan berikutnya, kita belum tahu. Tetapi kalau seandainya Bank Central Amerika, ada dua versi. Pertama adalah Bank Central Amerika mempertahankan suku bunga, bisa saja,” ujarnya.
Jika The Fed memilih mempertahankan suku bunga, bukan tidak mungkin reaksi Trump akan menambah ketidakpastian dan mendorong harga emas naik sebagai respons pasar terhadap ketegangan politik.
Dia menuturkan, secara teknikal, jika emas mampu bertahan di atas USD3.300 dan terus mendapat dorongan dari ketidakpastian kebijakan moneter, maka peluang untuk menembus USD3.357 sangat terbuka.
Setelah itu, target berikutnya berada di kisaran USD3.380, dengan catatan tidak ada guncangan besar dari sisi ekonomi makro.
Selain faktor moneter, ketegangan geopolitik juga memberi dukungan besar terhadap reli harga emas. Konflik yang tak kunjung usai di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Hamas, terus meningkatkan kekhawatiran global. Gagalnya gencatan senjata dan keluarnya AS dari perundingan menjadi sinyal bahwa situasi masih jauh dari stabil.

