Valuasi Pasar Indonesia Dinilai Masih Menarik Ketimbang Negara Asia Lainnya

coba di sini HTML nya

Valuasi pasar modal Indonesia dinilai masih relatif menarik dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Hal ini membuka peluang bagi investor yang mencari stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan.

Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif menuturkan, pasar saham Indonesia menunjukkan rotasi menarik ke saham-saham big caps berkualitas yang dinilai lebih tahan terhadap volatilitas global.

“Meskipun indeks LQ45 dan IDX30 mengalami kinerja di bawah rata-rata hingga Juli 2025, valuasi pasar saat ini masih relatif menarik dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya,sehingga membuka peluang bagi investor yang mencari stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan,” ujar dia, dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (23/8/2025).

Dalam riset DBS juga menyebutkan  foreign direct investment (FDI) akan memulih seiring pemangkasan suku bunga dan stabilisasi rupiah. Hal ini menyusul imbal hasil obligasi Indonesia mulai menurun seiring harapan pemangkasan suku bunga.

Tren ini didukung oleh limpahan permintaan dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), surplus likuiditas, serta minat investor terhadap instrumen berimbal hasil tinggi.

Permintaan obligasi terkonsentrasi pada tenor jangka pendek, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun juga mengalami penurunan meskipun kinerjanya tertinggal dibandingkan tenor lebih pendek.

“Pergerakan ini menunjukkan respons pasar obligasi terhadap harapan kebijakan moneter yang lebih akomodatif serta kondisi likuiditas yang memadai di pasar domestik,” demikian seperti dikutip dari riset DBS.

DBS melihat kondisi itu juga membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga sesuai perkembangan ekonomi.

Adapun aliran modal asing (FDI) yang sempat mereda diperkirakan kembali mengalir ke pasar domestik pada paruh kedua tahun ini. Hal ini seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Kendati demikian, investor diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas jangka pendek yang mungkin muncul akibat dinamika kebijakan moneter global dan risiko geopolitik,” demikian seperti dikutip.

Dalam riset DBS Group menyebutkan, prediksi ekonomi kuartal ketiga dengan fokus pada resiliensi Indonesia di tengah disrupsi global.

Pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ini menandai penurunan kedua bulan beruntun, sejalan dengan proyeksi DBS Group Research yang mengantisipasi ruang kebijakan moneter akomodatif.

“Sejumlah indikator aktivitas dengan frekuensi tinggi menunjukkan pelemahan momentum pertumbuhan di paruh kedua tahun ini, ditambah situasi perdagangan global yang cukup menantang, membuat BI memilih untuk tetap menjaga kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Keputusan ini diambil di tengah inflasi yang masih sesuai target dan rupiah yang relatif stabil,” kata Senior Economist DBS Bank Radhika Rao. 

Selain kebijakan BI, analisis DBS Group Research pun memberikan gambaran lebih dalam mengenai kondisi mekroekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, yang memengaruhi stabilitas domestik. 

Dalam riset DBS menyebutkan, kondisi ekonomi AS penuh tekanan. Ekonomi Amerika Serikat saat ini menghadapi berbagai risiko kompleks, termasuk inflasi yang masih tinggi, dampak lanjutan tarif perdagangan internasional, pengetatan kebijakan imigrasi, kebutuhan stimulus fiskal, lonjakan harga aset, serta tekanan politik terhadap The Fed dalam pengambilan keputusan moneter. 

Berdasarkan analisis DBS Group Research, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat pada paruh kedua 2025. The Fed diproyeksikan akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada semester II 2025, dengan kemungkinan pemangkasan tambahan 50 basis poin pada 2026.

Sementara itu, The Fed AS yang juga diperkirakan melonggarkan kebijakan moneter pada bulan depan, Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan sikap dovish selama kuartal IV 2025.

“Para pembuat kebijakan akan terus mendorong agar transmisi dari pemangkasan suku bunga sebesar 100 basis poin yang telah dilakukan sepanjang tahun ini dapat tersalurkan secara penuh ke dalam perekonomian,” demikian seperti dikutip.

Di sisi lain, pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat dan rupiah (USD/IDR) akan mengalami konsolidasi. Pergerakan USD/IDR menunjukkan koreksi signifikan dalam dua bulan terakhir setelah mencapai puncak salurhan harga. Ini sejalan dengan perkembangan pasar global dan sentimen terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat.

Menanggapi fenomena tersebut, DBS Group Research memprediksi dalam jangka pendek, nilai tukar USD/IDR akan mengalami konsolidasi, mencerminkan stabilisasi pasar sekaligus adaptasi terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan kondisi ekonomi domestik Indonesia.

Tartous2day.news

Tartous2Day News adalah portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini tentang kota Tartous dan sekitarnya. Temukan berita, acara, serta ulasan tentang tempat wisata dan kuliner di daerah tersebut.

2025 Anak AS China Dedi Mulyadi Demo Depok DPR Dunia Haji Harga Harga Emas Idul Adha Indonesia Iran Israel Jakarta Jokowi Kasus Kebakaran Kejagung Kesehatan Korupsi KPK Kurban Masyarakat Militer Negara Ormas Papua PDIP Pemerintah Pendidikan Polisi Politik Prabowo Pramono Presiden Raja Ampat Sapi Siswa Tersangka Tips TNI Viral