Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga kini terdapat empat perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.
“Hingga 1 Agustus 2025 telah terdapat 22 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp 10,39 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, ditulis, Minggu (3/8/2025).
Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
- 0 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
- 1 perusahaan aset skala menengah (aset di bawah Rp 50 miliar)
- 3 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Berikut rincian sektornya:
- 2 perusahaan dari sektor basic materials
- 0 perusahaan dari sektor consumer siklikal
- 0 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal
- 0 perusahaan dari sektor energi
- 1 perusahaan dari sektor keuangan
- 0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
- 0 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 0 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Selain itu, BEI mencatat hingga kini telah diterbitkan 116 emisi dari 65 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 132,2 triliun.
Hingga 1 Agustus 2025 terdapat lima emisi dari empat penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
- 0 perusahaan dari sektor basic materials
- 0 perusahaan dari sektor consumer siklikal
- 0 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal
- 2 perusahaan dari sektor energi
- 1 perusahaan dari sektor keuangan
- 0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
- 0 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Dari sisi rights issue, hingga 1 Agustus 2025 telah terdapat 10 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan nilai Rp 16,62 triliun.
“Serta masih terdapat empat perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI,” ujar Nyoman
Rincian sektor yang dalam pipeline rights issue antara lain:
- 2 perusahaan dari sektor basic materials
- 0 perusahaan dari sektor consumer siklikal
- 0 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal
- 0 perusahaan dari sektor energi
- 0 perusahaan dari sektor keuangan
- 1 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
- 0 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 0 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI), berencana membuka kode domisili mulai bulan depan. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy menyebut terkait kode domisili saat ini masih dalam proses persiapan teknis.
“Insyaallah bulan depan. Ini persiapan teknis, sih. Mudah-mudahan ya, doain saja lancar,” kata Irvan kepada wartawan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/8/2025).
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK (KE PMDK) Inarno Djajadi menjelaskan BEI telah menyampaikan kepada OJK rencana pembukaan kode domisili dalam rangka peningkatan likuiditas perdagangan. Terkait hal ini OJK juga telah menyetujui dan mendukung inisiatif tersebut.
“OJK telah menyetujui dan senantiasa mendukung inisiatif penyempurnaan mekanisme perdagangan dan tetap melakukan reviu secara berkala atas efektivitas implementasi kebijakan tersebut untuk menjaga pasar yang teratur, wajar, dan efisien. Adapun untuk implementasinya, tentunya menunggu kesiapan dari Bursa,” ujar Inarno dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (1/8/2025).
Inarno mengatakan penyempurnaan ini akan dilakukan dengan mendistribusikan data kode domisili berikut dengan aktivitas transaksi pada akhir sesi (Sesi 1 dan sesi akhir perdagangan saham).
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan optimisme terhadap potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level 8.000 di tengah tren penguatan dalam beberapa pekan terakhir.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, mengatakan momentum positif dari kondisi pasar dan emiten saat ini menjadi faktor pendukung.
“Ya mudah-mudahan. Kan katanya menggantungkan cita-cita setinggi langit nanti jatuhnya di awan gitu kan. Jadi mudah-mudahan,” ujar Irvan di Gedung BEI, Jumat (1/8/2025).
Ia menyoroti kinerja IHSG yang menunjukkan tren positif dalam beberapa minggu terakhir, termasuk kenaikan pada hari ini. Faktor eksternal seperti kepastian tarif juga turut memberikan dorongan terhadap pasar.
“Ya kan sekarang Alhamdulillah kan beberapa minggu ya. Minggu terakhir ini bagus ya indeks kita. Hari ini kan ada soal tarif. Mudah-mudahan ga ada perubahan. Ini juga bisa nge-boost indeks. Hari ini juga naik. Lumayan. Ya kita berharap kondisi emiten kita juga bagus ya,” jelas Irvan.
Irvan juga menyebut sektor perbankan sebagai salah satu penopang utama yang belum menunjukkan pergerakan signifikan. Ia berharap saham-saham bank dapat menjadi motor penggerak IHSG ke depan.
“Jadi mudah-mudahan itu bisa nge-boost kita. Kalau kita perhatikan kan bank belum banyak bergerak ya. Ya makanya mudah-mudahan lah bank akan jadi motor pergerakan indeks,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, berharap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 8.000 pada momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
Hari ini tolong doakan sama-sama, di ulang tahun ke-80 Republik Indonesia indeks kita bisa mencapai 8.000,” kata Iman dalam sambutannya pada acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Main Hall BEI, Senin (28/7/2025).