Seberapa Besar Dampak Perang Iran Israel ke Harga Minyak Dunia?

coba di sini HTML nya

Ketegangan militer antara Iran dan Israel telah memicu reaksi langsung di pasar, terutama pasar komoditas. Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan internasional utama naik hingga lebih dari USD 78 per barel pada hari Jumat pekan lalu menyusul serangan rudal Iran terhadap wilayah srael. 

Sejak saat itu, harga minyak turun kembali ke sekitar USD 74,50, tetapi masih USD 10 lebih tinggi daripada bulan lalu pada waktu yang sama.

Pengamat pasar mengamati dampak dari konflik kedua negara tersebut terhadap harga minyak dunia.“Situasi saat ini sangat signifikan dan memprihatinkan”, kata Richard Bronze, kepala geopolitik di firma konsultan dan penelitian Energy Aspects, dikutip dari BBC, Selasa (17/6/2025).

Namun, Bronze belum melihat perang Iran Israel akan menimbulkan dampak yang besar seperti yang terjadi ketika perang Rusia-Ukraina pecah.

Menurutnya, dampak masih bergantung pada berapa lama Israel dan Iran berlangsung.

“Apakah negara-negara lain di kawasan itu akan terlibat, dan apakah AS akan turun tangan untuk meredakan situasi,” jelasnya.

Namun, Bronze juga tidak mengesampingkan dampak ketegangan Iran-Israel terhadap lalu lintas pengiriman di Selat Hormuz, jalur air di lepas pantai selatan Iran, yang merupakan rute ke pasar global untuk sekitar seperlima dari produksi minyak dunia.

“Ini adalah titik sempit sehingga menjadi titik lemah yang signifikan bagi pasar minyak global,” ungkap Bronze.

“Risiko eksternal itu merupakan bagian dari apa yang mendorong kenaikan harga,” katanya.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyoroti ketegangan Iran-Israel telah memicu kekhawatiran tentang gangguan distribusi barang-barang di Timur Tengah.

Ia mengingatkan, situasi yang tidak berimbang itu membuat dunia usaha tertekan. 

“Sehingga perlambatan ekonomin makin terasa dan diproyeksikan memang pertumbuhan ekonomi global hanya 2-2,3% di tahun 2025,” ungkap Bhima kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (16/6/2025).

Bhima memperkirakan, kondisi tersebut dapat menjadi hambatan bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% tahun ini.

“Tentunya Indonesia pertumbuhannya akan lebih sulit lagi menyentuh angka 5%. Diproyeksi tumbuh hanya 4,7% di 2025 untuk ekonomi Indonesia,” katanya.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah (IDR) mengalami penguatan di awal pekan pada Senin, 16 Juni 2025.

Rupiah ditutup menguat 39 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 7 point dilevel Rp16.265 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.310.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.220 – Rp16.270,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (16/6/2025).

Penguatan Rupiah terjadi meski Timur Tengah dikejutkan oleh serangan baru oleh Israel dan Iran selama akhir pekan.